BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Penilaian dengan indra juga disebut penilaian organoleptik
atau penilaian sensori merupakan suatu cara penilaian yang paling primitif.
Penilaian dengan indra menjadi bidang
ilmu setelah prosedur penilaian dibakukan, dirasionalkan, dan
dihubungkan dengan penilaian secara obyektif. Analisa data mejadi lebih
sistematis, demikian pula dengan metoda statistik yang digunakan dalam analisa
serta pengambilan keputusan.
Penilaian organoleptik sangat banyak digunakan untuk menilai
mutu dalam industri pangan dan industri hasil pertanian lainnya. Penilaian ini
terkadang dapat memberi hasil penilaian yang sangat teliti. Penilaian dengan
indera dalam beberapa hal bahkan melebihi ketelitian alat yang paling sensitif.
Jenis uji organoleptik diantaranya adalah uji rangsangan tunggal, uji pasangan
jamak, dan uji hedonik.
Uji rangsangan tunggal dan uji
pasanagn jamak merupakan jenis uji pembedaan. Uji pembedaan adalah satu
kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan bagi industri pangan atau industri
lainnya yang menghasilkan produk untuk masyarakat melalui pasar bebas atau
kondisi persaingan bebas. Untuk mempertahankan agar produk tetap dipilih oleh
kosumen, produk harus senantiasa dapat mempertahankan karakter dasarnya, tetapi
harus dapat menampilkan atribut mutu organoleptiknya secara progres demi
peningkatan kepuasan pelanggan. Produk harus dapat memenuhi kriteria mutu
baik, jumlah cukup, distribusi lancar dan harga bersaing. Beberapa produk bahkan
tidak cukup hanya sekedar memenuhi persyaratan standar minimal yang diharuskan,
tetapi harus lebih.
Uji ini juga
dipergunakan untuk menilai pengaruh beberapa macam perlakuan modifikasi proses
atau bahan dalam pengolahan pangan suatu industri,atau untuk mengetahui adanya
perbedaan atau persamaan antara dua produk dari komoditi yang sama. Sifat atau
kriteria yang diujikan harus jelas dan dipahami panelis agar efektif. Keandalan
(reliabilitas) dari uji pembedaan ini tergantung dari pengenalan sifat mutu
yang diinginkan, tingkat latihan panelis, dan kepekaan masing-masing panelis
Uji rangsangan tunggal adalah uji pembedaan yang digunakan untuk
menggolongkan suatu contoh dengan contoh lainnya, sedangkan uji pasangan jamak
digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan pada sampel uji dari pembanding yang banyak. Uji
rangsangan tunggal umumnya digunakan
untuk menggolongkan suatu contoh dengan contoh lainnya. Antara kedua contoh
tersebut tidak ada perbedaan yang nyata kecuali criteria yang akan diuji. Uji
pasangan jamak merupakan uji yang serupa dengan uji rangsangan tunggal dengan
tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Apabila pada uji rangsangan tunggal
digunakan 1 buah contoh baku, maka pada uji pasangan jamak digunakan 2 kelompok
contoh yang harus dipisahkan atau dinilai apakah termasuk contoh kelompok A
atay dinilai bukan kelompok A. Uji rangsangan tunggal dalam praktikum ini
menggunakan sampel susu dengan
menggunakan 3 sampel susu yang diberi kode, sedangkan uji pasangan jamak pada
praktikum ini dilakukan menggunakan beberapa sampel mie instan.
Praktikum
ini selain melakukan pengujian rangsangan tunggal dan pasangan jamak, juga
dilakukan uji kesukaan atau disebut uji hedonik. Uji kesukaan pada dasarnya
merupakan pengujian yang panelisnyamengemukakan respon berupa senang tidaknya
terhadap sifatbahan yang diuji. Pada pengujian ranking ini digunakan panelis
yangbelum terlatih. Pada pengujian ini panelis diminta untuk
mengemukakanpendapatnya secara spontan, tanpa membandingkan dengan
samplestandar atau sampel-sampel yang diuji sebelumnya. Uji kesukaan pada
praktikum ini menggunakan 3 sampel teh kotak. Hal ini digunakan untuk
mengetahui tingkat kesukaan terhadapselera konsumen pada produk makanan yang
diuji.
Pengujian
ini dipakai untuk menguji reaksi konsumen terhadap suatu bahan atau mengetahui
reaksi konsumen terhadap sampel yang diujikan. Dalam duniaekonomi, konsumen adalah semua yang membeli dan menggunakan
produk sesuai kebutuhan mereka. Seringkali seorang konsumen dapat menjadi
sebuah organisasi atau intuisi daripada seseorang. Sehingga kenyamanan dan
kesukaannya sangat perlu diperhatikan.
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk memperkenalkan dan melatih
mahasiswa mengenai cara penyelenggaraan uji rangsangan tunggal, uji pasangan
jamak, dan uji hedonik, serta mengetahui analisis respon ujinya, dan juga
sebagai ajang pelatihan pengenalan sifat indrawi berbagai contoh uji (produk
pangan).
BAB II
METODE
2.1 Waktu dan
Tempat
Praktikum uji rangsangan tunggal,
uji pembandingan jamak, dan uji hedonik dilaksanakan pada hari Kamis, 11
Oktober 2012 pada pukul 09.00 – 12.00 WIB di Laboratorium Pengawasan Mutu dan
Ruang Organoleptik DepartemenTeknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
2.2 Bahan dan
Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah mie instan beberapa varian rasa, teh kotak dari 3 merek
berbeda, susu kedelai, dan susu sapi. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum
ini adalah gelas, piring kertas, garpu, sendok, pulpen, dan formulir uji
rangsangan tunggal, formulir uji pasangan jamak, dan formulir uji hedonik.
2.3 Prosedur Kerja
2.3.1 Uji rangsangan tunggal
Panelis
disajikan contoh baku A secara berulang-ulang hingga panelis mengenal betul
sifat contoh baku A tersebut. Pengenalan contoh baku A ini dilakukan secara
intensif, setelah itu contoh baku A dan contoh yang diuji disajikan secara
acak. Contoh yang disajikan dalam praktikum ini adalah susu sapi sebagai contoh
A dan susu kedelai sebagai contoh bukan A.
Setelah
panelis mengenal dengan baikcontoh baku A, kemudian diminta untuk menilai
apakah contoh yang dinilai termasuk A atau bukan A. Untuk contoh pengenalan
susu sapi dan susu kedelai, panelis diminta untuk menilai bau dan rasa dari susu tersebut. Hasil penilaian
dimasukkan ke dalam formulir uji rangsangan tunggal. Penulisan nilai dituliskan
dengan tanda ceklis pada kolom A dan bukan A bergantung pada hasil uji
rangsangan tunggal yang dilakukan oleh panelis.
Seperti
halnya uji pasangan dengan penyajian 2 contoh, maka penggolongan ke A atau
bukan A dapat dilakukan dengan melihat tabel jumlah terkecil untuk menyatakan
beda nyata berekor 2. Setelah diadakan tabulasi data seperti Tabel 3.6 pada
modul, maka jumlah tersebut dicocokkan dengan lampiran 1 yang menyatakan suatu
contoh berbeda dengan lainnya.
2.3.2 Uji pasangan jamak
Sebagai contoh
dapat disajikan dua kelompok mie instan produk PT. A dan kelompok B adalah mie
instan produk PT. B. Panelis diminta untuk menggolongkan contoh-contoh yang
disajikan, apakah termasuk dalam kelompok A ataukah dalam kelompok B. Hasil
dimasukkan ke dalam formulir pengujian pasangan jamak. Tanda 0 digunakan untuk
menunjukkan contoh sama dengan contoh baku dan tanda 1 digunakan untuk
menunjukkan contoh berbeda dengan contoh baku. Selanjutnya hasil yang diperoleh
ditabulasikan seperti pada Tabel 3.7 yang terdapat pada modul.
Dari
data yang diperoleh, dapat dilihat persentase panelis yang menyatakan suatu
contoh termasuk dalam golongan A atau golongan B. Selain itu dapat juga
diketahui seberapa jauh penyimpangan mutu masih dapat diterima sehingga contoh
masih termasuk ke dalam dua kategori tersebut.
2.3.3 Uji hedonik
Contoh uji
hedonik disajikan secara acak dan dalam memberikan penilaian panelis tidak
boleh mengulanag-ulang penilaian atau membanding-bandingkan contoh yang
disajikan. Sehingga untuk satu panelis yang tidak terlatih, sebaiknya contoh
disajikan satu persatu sehingga panelistidak akan membanding-bandingkan satu
contoh dengan lainnya. Sebagai contoh dapat disajikan 3 jenis teh kotak dari
berbagai merek.
Penilaian
uji hedonik dilakukan secara spontan. Kemudian diisikan pada formulir uji
hedonik dengan criteria penilaian sangat tidak suka, tidak suka, agak tidak
suka, netral, agak suka, suka, dan sangat suka. Hasil penilaian kemudian
dikonversi ke dalam angka dari rentang nilai 1-7. Hasil uji hedonik
ditabulasikan dalam suatu tabel, kemudian dilakukan analisis dengan ANOVA dan
uji lanjutan seperti Duncan’s Multiple
Test.
BAB
III
PEMBAHASAN
Banyak produk baru yang memiliki
kesamaan sifat dengan produk yang sudah dikenal. Kadang-kadang diantara produk
tersebut ingin diketahui mana yang lebih disukai oleh konsumen. Oleh karena itu
perlu dilakukan pengujian penerimaan konsumen (preference test). Yang termasuk
ke dalam uji penerimaan adalah uji kesukaan (hedonik). Uji penerimaan
menyangkut penilaian sifat atau kualitas suatu
bahan yang menyebabkan orang menyenanginya. Uji penerimaan
tidak dapat untuk meramalkan penerimaan dalam pemasaran.Uji penerimaan
menyangkut penilaian sifat atau kualitas suatu bahanyang menyebabkan orang
menyenanginya. Uji penerimaan tidak dapat untuk meramalkan penerimaan dalam
pemasaran. Jadi apabila sudah diperoleh hasil pengujian yang meyakinkan , tidak
dapat dipastikan bahwa produk akan laku keras di pasaran, sehingga harus
digunakan pengujian yang lain dalam tindak lanjutnya, misalnya uji
konsumen.Dalam uji hedonik panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang
kesukaan atau sebaliknya ketidak sukaan. Di samping panelis mengemukakan
tanggapan senang, suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat
kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik.Dalam
penganalisisan, skala hedonik ditransformasi menjadi skala numerik dengan
angka menaik menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik ini
dapat dilakukan analisis statistik. Dengan adanya skala hedonik ini sebenarnya
uji hedonik secara tidak langsung juga dapat digunakan untuk mengetahui
perbedaan. Karena hal ini, maka uji hedonik paling sering digunakan untuk
menilai komoditi sejenis atau pengembangan produk secaraorganoleptik (Kartika,
B, dkk. 1988)
Tingkat
kesukaan pada uji hedonik disebut skala
hedonik contoh tingkat tersebut adalah seperti sangat suka, suka, agak suka,
netral, agak tidak suka, tidak suka, dan sangat tidak suka.Uji hedonik paling
sering digunakan untuk menilai komoditi sejenis atau produk pengembangan secara
organoleptik. Jenis panelis yang bisa digunakan untuk melakukan uji hedonik ini
adalah panelis yang agak terlatih dan panelis tidak terlatih. Penilaian dalam
uji hedonik ini bersifat spontan.Ini berarti panelis diminta untuk menilai
suatu produk secara langsung saat itu juga pada saat mencoba tanpa
membandingkannya dengan produk sebelum atau sesudahnya. (Rahardjo, J. T.
M. 1998)
Prinsip
pada uji ini adalah Panelis diminta untuk mencoba suatu produk tertentu,
kemudian setelah itu panelis diminta untuk memberikan tanggapan dan penilaian
atas produk yang baru dicoba tersebut tanpa membandingkannya dengan yang
lain.Sedangkan secara umum, Tujuan dari uji hedonic ini adalah untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen
terhadap produk dan untuk menilai komoditi jenis atau produk pengembangan
secara organoleptik.
Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan menurut rentangan skala yang dikehendakinya.
Skala hedonik dapat juga diubah menjadi skala numerik dengan angka mutu menurut
tingkat kesukaan. Dengan data numeric ini dapat dilakukan analisis secara
statistik. Penggunaan skala hedonik pada prakteknya dapat digunakan untuk
mengetahui perbedaan. Sehingga uji hedonik sering digunakan untuk menilai
secara organoleptik terhadap komoditas sejenis atau produk pengembangan. Uji
hedonik banyak digunakan untuk menilai produk akhir.(Michael J.Gibney,dkk. 2009).
Berdasarkan data yang didapat dan
telah dilakukan perhitungan melalui metode Duncan dan anova didapatkan F hitung
lebih besar dari F table. Hal ini mengintrepertasikan bahwa produk yang diuji (
yaitu frestea, the botol sosro dan the kotak) berbeda nyata antar perlakuan.
Dengan demikian dilakukan satu uji lagi yaitu uji Duncan yang dapat menyatakan
perbedaan diantara masing-masing perlakuan tersebut. Berdasarkan hasil
perhitungan Duncan didapatkan intrepertasi bahwa tingkat kesukaan panelis
terhadap masing-masing sampel teh yang diujikan berbeda. Selain itu juga dapat
juga disimpulkan bahwa teh jenis frestea lebih disukai dibanding teh kotak dan
teh sosro. Karena frestea mempunyai penilaian paling tinggi yaitu 6, dimana
semakin tinggi tingkat penilaian maka teh semakin disukai.
Berdasarkan hal ini, maka cukup
beralasan bahwa pabrik-pabrik industry pertanian besar seperti sosro, frestea
dan teh kotak menambahkan suatu cita rasa tersendiri pada produk mereka agar
produk mereka memiliki kekhasan dan berbeda dari produk merk lain yang sama.
Hal ini biasanya disesuaikan dengan selera konsumen.Oleh karena itulah
Pabrik-pabrik industry pertanian besar melakukan pengujian kesukaan ( hedonik )
dengan panelis yang terlatih dan tidak terlatih untuk mengetahui seberapa besar
respon kesukaan konsumen terhadap mereka.
Hal ini jugalah yang terjadi pada
ketiga produk diatas dimana dibandingkan ketiga produk tersebut melalui uji
organoleptik kesukaan untuk mengetahui produk dengan jenis yang sama yang mana
yang lebih disukai konsumen. Hal inilah yang natinya menentukan persaingan
pangsa pasar antara produk tersebut. Namun demikian perlu dipahami bahwa
konsumen memiliki kesukaan dan selera tersendiri terhadap suatu produk.Biasanya
hal ini dipengaruhi oleh daerah, sosial ekonomi dan makanan/minuman yang
dikonsumsi.
Uji rangsangan tunggal
atau yang disebut“ A” Not A”Test adalah salah satu metode uji pembedaan yang
digunakan untuk menggolongkan suatu contoh dengan contoh lainnya (Sina 2009).
Uji rangsangan tunggal merupakan metode uji pembedaan dengan pembanding. Uji
pembedaan dengan pembanding diperlukan dengan tujuan pengujian untuk mengukur
atau menilai pengaruh perlakuan (Dewi 2011). Pada praktikum uji rangsangan
tunggal atau“ A” Not A”Test , panelis
disediakan empat contoh uji dan satu contoh pembanding. Keempat contoh ujiyang
disajikan berdasarkan rasa, warna, dan aroma dibandingkan dengan satucontoh
pembanding, kemudian panelis memberikan penilaian berdasarkan sifat inderawi
terhadap contoh uji apakah terdapat perbedaan atau tidak dengan contoh pembanding.
Adapun uji rangsangan tunggal dilakukan dengan cara panelis
menghadapi satu contoh baku dan satu atau
lebih contoh yang akan diuji. Kemudian panelis mengidentifikasikan apakah contoh uji berbeda atau sama dengan contoh baku
(Dewi 2011). Uji rangsangan tunggal (“ A”N ot A”Test ) adalah
uji pembedaan yang digunakan untuk menggolongkan suatu contoh dengan
contoh lainnya (Sina 2009). Dalam uji rangsangan tunggal pada setiap uji, tiap
panelis diminta menyatakan ada atau tidak ada sifat inderawi yang diujikan.
Data responnya berupa data binomial yang kemudian dapat dianalisis secara
statistika. Karena demikian sederhana, maka pada analisis ambang dapat
disajikan sejumlah contoh pada tiap pengujian. Namun untuk mencapai kondisi
atau lingkungan uji yang sesuai diperlukan penyiapan contoh dan penyajian yang
cermat.
Cara-cara
analisis untuk
menetapkan nilai ambang dari suatu rangsangan pada umumnya berdasarkan pada uji
rangsangan tunggal, dimana tiap uji menggunakan sejumlah panelis semi terlatih.
Panelis dipilih dari mereka yang dapat mengenali atau mengetahui sifat indrawi
dari contoh atau produk yang diuji.
Pada praktikum uji rangsangan tunggal, panelis
disediakan dua contoh uji dan satu contoh pembanding. Kedua contoh uji yang
disajikan berdasarkan rasa, warna, dan aroma dibandingkan dengan satu contoh
pembanding, kemudian panelis memberikan penilaian berdasarkan sifat inderawi
terhadap contoh uji apakah terdapat perbedaan atau tidak dengan contoh pembanding.
Contoh baku yang
digunakan pada praktikum ini adalah susu kedelai dimana susu kedelai termasuk
ke dalam susu golongan A. Sementara contoh pembanding menggunakan susu sapi
dimana susu tersebut tersebut termasuk susu bukan golongan A. Panelis diminta
melakukan penilaian berdasarkan sifat inderawi dan mengenali yang mana susu kedelai
termasuk golongan A dan bukan golongan A. Susu kedelai termasuk golongan A,
sementara susu sapi diberi termasuk bukan golongan A. Karena hanya ada 2
pilihan,maka peluang untuk mengelompokkan contoh dengan benar adalah 50%.
Dalam pengujian ini jumlah yang diperlukan untuk tingkat
kepercayaan 95% sebanyak 21 respon, untuk tingkat kepercayaan 99% sebanyak 23
respon dan 25 respon untuk tingkat kepercayaan 99.9%. Hasil
menunjukkan seluruh panelis sebanyak 30 orang setuju bahwa contoh uji kode 891
termasuk ke dalam golongan A. Begitu pula dengan 27 panelis menyatakan bahwa
contoh uji kode 472 termasuk ke dalam golongan A. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa
contoh uji dengan kode 891 dan 472 merupakan susu kedelai, maka tingkat
kepercayaan terhadap respon panelis adalah 99.9%.
Dari data yang didapat pada uji rangsangan tunggal yang menggunakan
bahan susu kedelai dan susu sapi, hampir
seluruhnya penelis dapat meneentukan mana jenis aroma, rasa dan warna
sampel yang sama dengan bahan baku yang
diujikan. Hal ini menunjukkan bahwa penelis sudah melakukan organoleptik dengan
baik dan benar. Adapun beberapa panelis yang tidak sesuai dengan hasil yang
seharusnya didapat hal ini mungkin dapat disebabkan oleh kesehatan panelis yang
terganggu sehingga mengurangi kepekaan indera panelis.
Uji selanjutnya ialah uji pasangan jamak. Uji pasangan jamak dilakukan
dengan menggunakan contoh baku mie goreng yang berbeda jenis (merk), yaitu contoh baku A dan contoh baku B. Kemudian,
digunakan pula empat contoh uji, yakni contoh uji kode 237, 456, 861, dan 951,
dimana panelis diminta untuk menentukan dari keempat contoh uji tersebut contoh uji mana yang termasuk contoh baku A dan
mana yang termasuk contoh baku B.
Mula-mula panelis diminta untuk mencicipi kedua contoh baku dan kemudian
panelis diharuskan untuk mengingat karakteristik dari masing-masing contoh baku
tersebut. Setelah itu, panelis diperbolehkan untuk
mencicipi contoh uji yang tersedia untuk kemudian menentukan yang manakah dari
contoh-contoh uji tersebut yang termasuk contoh baku A dan contoh baku B
berdasarkan kesamaan karakteristiknya.
Dalam aplikasinya
pengujian rangsangan tunggal dan pasangan jamak merupakan jenis pengujian
pembedaan. Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada perbedaan
sifat sensorik atau organoleptik antara dua sampel. Meskipun dapat saja
disajikan sejumlah sampel, tetapi selalu ada dua sampel yang dipertentangkan.
Uji ini juga dipergunakan untuk menilai pengaruh beberapa macam perlakuan
modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan suatu industri, atau untuk
mengetahui adanya perbedaan atau persamaan antara dua produk dari komoditi yang
sama. Jadi agar efektif sifat atau kriteria yang diujikan harus jelas dan
dipahami panelis. Keandalan (reliabilitas) dari uji pembedaan ini tergantung
dari pengenalan sifat mutu yang diinginkan, tingkat latihan panelis dan
kepekaan masing-masing panelis. Kelompok uji pembedaan ini banyak digunakan dalam penelitian analisa
proses dan penilaian hasil akhir (Soekarto 1985).
Pengujian penerimaan
merupakan salah satu pengujian yang banyak dilakukan dalam menilai suatu
produk. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah suatu komoditi atau
sifat sensorik tertentu dapat diterima oleh masyarakat. Uji ini tidak dapat
untuk meramalkan penerimaan dalam pemasaran. Hasil uji yang menyakinkan tidak
menjamin komoditi tersebut dengan sendirinya mudah dipasarkan. Uji kesukaan
atau uji hedonik dilakukan dengan panelis mengemukakan tanggapan pribadi suka
atau tidak suka, disamping itu juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat
kesukaan disebut juga skala hedonik. Skala hedonik ditransformasi ke dalam
skala numerik dengan angka menaik menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik
tersebut dapat dilakukan analisa statistik (Soekarto 1985).
Uji hedonik merupakan uji
yang dilakukan untuk menentukan tingkat kesukaan seseorang. Panelis biasanya
menilai dengan cara subjektif. Berbeda halnya dengan uji rangsangan tunggal dan
uji pasangan jamak, uji ini merupakan uji yang dilakukan untuk membedakan
sampel dan lebih bersifat objektif. Kemudian perbedaan uji rangsangan tunggal
dan uji pasangan jamak ialah pada uji rangsangan tunggal digunakan 1 buah
contoh baku, namun pada Uji Pasangan
Jamak digunakan 2 kelompok contoh yang harus dipisahkan atau dinilai apakah
termasuk contoh kelompok A atau dinilai bukan kelompok A. selain itu, uji
pasangan jamak memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan uji rangsangan tunggal.
BAB
IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pada
praktikum ini uji rangsangan tunggal (“A” Bukan A”) digunakan untuk
menggolongkan contoh dengan contoh lainnya dan menguji kemampuan panelis dalam
menguji kebenaran sampel yang diuji, sama atau berbeda dengan bahan baku yang
digunakan dan terbukti bahwa kode 891 dan kode 471 sama dengan bahan baku A
yang merupakan susu kedele, sedangkan
uji yang serupa yaitu uji pasangan jamak yang menggunakan 2 kelompok contoh
yang harus dipisahkan atau dinilai apakah termasuk contoh kelompok A atau
dinilai bukan kelompok A. Namun memang ternyata tidak mudah melakukan uji
pasangan jamak ini yang dibutuhkan kepekaan indera perasa yang tinggi untuk
mencicipi sampel yang diuji, pada praktikum ini digunakan sampel mie dengan
rasa yang berbeda tetapi panelis cukup sulit mengelompokkannya, hal ini
diesebakan karena mie yang diuji sama – sama asin namun hanya tingkat
keasinannya saja yang berbeda sehingga praktikan cukup sulit untuk
mengelompokkannya dan harus dilakukan uji beberapa kali untuk mendapatkan hasil
yang cukup akurat.
Praktikum
ini selain melakukan pengujian rangsangan tunggal dan pasangan jamak, juga
dilakukan uji kesukaan atau disebut uji hedonik. Uji kesukaan pada dasarnya
merupakan pengujian yang panelisnyamengemukakan respon berupa senang tidaknya
terhadap sifatbahan yang diuji. Pada pengujian ranking ini digunakan panelis
yangbelum terlatih. Pada pengujian ini panelis diminta untuk
mengemukakanpendapatnya secara spontan, tanpa membandingkan dengan
samplestandar atau sampel-sampel yang diuji sebelumnya. Uji kesukaan pada
praktikum ini menggunakan 3 sampel teh kotak. Hal ini digunakan untuk
mengetahui tingkat kesukaan terhadap selera konsumen pada produk makanan yang
diuji.
Pengujian
ini dipakai untuk menguji reaksi konsumen terhadap suatu bahan atau mengetahui
reaksi konsumen terhadap sampel yang diujikan. Dalam duniaekonomi, konsumen adalah semua yang membeli dan
menggunakan produk sesuai kebutuhan mereka. Seringkali seorang konsumen dapat
menjadi sebuah organisasi atau intuisi daripada seseorang. Sehingga kenyamanan
dan kesukaannya sangat perlu diperhatikan.
Pada
uji hedonik ini ditentukan menurut skala yang dikehendaki dan hal ini bersifat
relatif, para panelis bebas menentukan skala kesukaannya terhadap produk dan
menentukan tingkat kesukaannya sehingga dapat diketahui berapa banyak yang
menyukai produk tersebut. Sehingga dalam perusahaan – perusahaan biasanya
terlebih dahulu melakukan uji hedonic sebelum produk tersebut dipasarkan ke
konsumen. Semakin tinggi tingkat kesukaan panelis terhadap produk tersebut maka
dapat dinilai bahwa mutu produk tersebut baik dan layak untuk dikonsumsi dan
memiliki prospek yang bagus jika dipasarkan ke konsumen.
B.
SARAN
Dalam mengelompokkan
sampel sesuai dengan bahan baku yang diuji sebaiknya tidak hanya menggunkan
indera pengecap saja tetapi menggunakan indera penglihatan dan indera penciuman
sehingga hasil pengelompokkan sampel yang diperoleh dapat lebih akurat. Dan
pemberitahuan tentang penetralan indera
perasa ketika akan mencicipi antara satu sampel ke sampel yang lan itu sangat
penting dan lebih ditekankan lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Dewi N. 2011. Uji Pembedaan Berpasangan. Purwokerto:
Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Sudirman. http://www.scribd.com/.(15 Oktober 2012)
Kartika,
B, dkk. 1988.Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan: PAU Pangan danGizi. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta
Michael
J.Gibney,dkk. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta:EGC.alih bahasa dr. Andi
Hartono, DAN.
Rahardjo, J. T. M. 1998.Uji Inderawi. Penerbit Universitas
Jenderal Soedirman:Purwokerto
Soekarto
ST. 1985. Penilaian Organoleptik untuk
Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Jakarta: Bhatara Karya Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar