Jumat, 23 November 2012



TUGAS SATUAN PROSES
PROSES PEMBUATAN CORNED BEEF

Oleh:

1.                        Maskur Rozaqi                        F34100010                             
2.                        Dhita Anggraini Annisa          F34100025
3.                        Alzara Zetiara                                     F34100052


Dosen:
Prof. Dr. Ir. Ani Suryani, DEA








2012
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR




I.                   PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Derap kemajuan ekonomi dan peradaban yang cepat mendorong manusia menuntut tersedianya makanan dalam waktu yang cepat tanpa mengurangi cita rasa makanan tersebut, lebih awet dan lebih praktis serta mempertahankan bentuk segarnya. Oleh karena itu, semakin banyak jenis makanan yang diproduksi, dijual dan dikonsumsi sebagai sumber nutrisi dengan mempertahankan citra rasa dan didukung oleh kepraktisan dalam mengonsumsinya. Salah satu kandungan nutrisi yang terdapat didalam bahan pangan tersebut adalah protein, baik proten hewani maupun nabati. Bahan pangan yang mengandung protein hewani terutama daging biasanya lebih mudah rusak dibandingkan dengan protein nabati. Salah satu sumber protein hewani yang mudah rusak adalah dagimg sapi.
Daging sapi merupakan daging yang jarang dikonsumsi secara langsung. Berbagai macam jenis olahan daging beredar di masyarakat saat ini. Salah satu produk olahan daging yang telah banyak dijual di pasaran yakni kornet. Kini kornet atau dapat disebut juga corned beef dapat dijumpai dalam bentuk kalengan di swalayan maupun supermarket.
Corned beef merupakan salah satu jenis produk daging olahan yang berupa daging sapi digiling kasar, dikuring dengan tambahan bahan pengisi dan bumbu-bumbu. Produk ini telah menjadi salah satu yang dijadikan pilihan banyak orang. Selain itu, produk olahan daging ini juga cepat dan mudah diolah. Oleh karena itu, penting untuk mendapat pengetahuan lebih lanjut tentang produk corned beef tersebut yang menjadi pilihan banyak orang untuk mendapatkan sumber protein hewani dengan mempertahankan kepraktisan dalam mengonsumsinya.

B.      Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui sumber bahan baku, proses konversi yang dipakai, serta aplikasi dari produk corned beef itu sendiri.












II.  PEMBAHASAN

Corned beef atau kornet, adalah salah satu jenis produk olahan daging sapi yang banyak digunakan dalam resep masakan Indonesia. Kornet daging sapi diolah dengan cara diawetkan dalam air garam (brine), yaitu air yang dicampur dengan larutan garam jenuh. Kemudian dimasak dengan cara simmering, yaitu direbus dengan api kecil untuk menghindari hancurnya tekstur daging sapi. Tujuan pembuatan kornet daging sapi adalah untuk tetap dapat memperoleh produk daging sapi yang berwarna merah, awet dan praktis.
Dengan diproses menjadi korrnet, masalah penyimpanan daging sapi segar dapat diatasi. Agar awet daging sapi segar memang harus disimpan pada suhu dingin atau suhu beku, akibatnya menjadi tidak praktis apabila akan digunakan. Sedangkan daging sapi segar yang telah diproses menjadi kornet kemudian dikalengkan, dapat disimpan pada suhu kamar sekitar dua tahun.
Corned beef atau daging kornet semakin menjadi pilihan bagi banyak orang. Produk olahan daging ini juga cepat dan mudah diolah. Meski nilai gizinya cukup baik, perlu adanya kecermatan dalam memilih agar terhindar dari mengonsumsi makanan yang sudah rusak. Salah satu kelemahan daging segar adalah daya simpannya yang rendah pada suhu kamar, sehingga harus di simpan pada suhu dingin atau suhu beku. Kelemahan lainnya adalah tidak praktis dalam penggunaannya, terutama bagi mereka yang selalu sibuk dengan kegiatan di luar rumah. Untuk itu diperlukan kehadiran produk olahan daging yang bisa diolah menjadi berbagai hidangan dalam waktu singkat.
Kata corned berasal dari bahasa Inggris yang berarti di awetkan dengan garam. Dari kata tersebut lahirlah istilah corned beef  yaitu daging sapi yang diawetkan dengan penambahan garam dan di kemas dengan kaleng. Dalam bahasa Indonesia, kata corned beef diadopsi menjadi daging kornet. Tujuan pembuatan daging kornet adalah untuk memperoleh produk daging yang berwarna merah, meningkatkan daya awet dan daya terima produk, serta menambah keragaman produk olahan daging. Kornet kalengan dapat disimpan pada suhu kamar dengan masa simpan sekitar dua tahun. Daging kornet dapat dihidangkan sebagai campuran perkedel, telur dadar, mirebus, pengisi roti, serta makanan lainnya.

1.       Bahan Baku
Menurut SNI 0263-80, corned beef didefinisikan sebagai suatu jenis makanan dalam kaleng yang dibuat dari daging sapi segar, dengan penambahan bahan lain yang diizinkan, dan diawetkan. Bahan dasar pembuatan kornet adalah daging sapi yang digiling. Bahan tambahan yang diperlukan adalah garam dapur, nitrit, alkali fosfat, bahan pengisi, air, lemak, gula, dan bumbu.
Daging sapi merupakan bahan dasar dalam pembuatan corned beef. Daging tersebut kaya protein yang mempunyai kemampuan untuk mengikat air dan membentuk emulsi yang baik. Bahan dasar untuk pembuatan corned beef adalah protein daging yang digiling dan sebagian lumat membentuk emulsi. Daging sapi yang baik digunakan merupakan bahan baku corned beef karena proteinnya mempunyai daya ikat air dan daya emulsi yang baik. Selain itu, corned beef merupakan hasil olahan daging sapi dengan bumbu-bumbu kentang, kaldu (beef broth), bawang merah, garam, merica, dan sodium nitrit (Hadiwiyoto, 1983).
Salah satu bahan tambahan yang diperlukan dalam pembuatan corned beef adalah garam dapur. Garam dapur (NaCI) merupakan bahan penolong dalam proses pembentukan emulsi daging kornet. Garam mampu memperbaiki sifat-sifat fungsional produk daging dengan cara mengekstrak protein miofibriler dari serabut daging selama proses penggilingan dan pelunakan daging. Garam berinteraksi dengan protein daging selama pemanasan, sehingga protein membentuk massa yang kuat, dapat menahan air, dan membentuk tekstur yang baik. Selain itu, garam memberi cita rasa asin pada produk, serta bersama-sama senyawa fosfat, berperan dalam meningkatkan daya menahan air dan meningkatkan kelarutan protein serabut daging.
Garam juga bersifat bakteriostatik dan bakteriosidal, sehingga mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan mikroba pembusuk lainnya. Larutan encer garm kuat NaCl dapat membantu mengekstrak protein miofibril daging, kemudian protein daging membentuk matriks sehingga kekuatan ikatan antar komponen daging yang berdampingan semakin meningkat. Selain itu garam juga meningkatkan daya ikat dari protein daging. Kedua sifat tersebut sangat penting untuk pembentukkan massa matriks dalam pembuatan emulsi daging (Pearson dan Tauber, 1984).
        Selain garam, bahan tambahan lainnya adalah nitrit. Pemberian nitrit merupakan bagian dari proses kuring daging dengan tujuan untuk membentuk dan mempertahankan warna. Nitrit terurai menjadi NO yang kemudian bereaksi dengan pigmen mioglobin pada daging membentuk nitrosomioglobin. Fungsi nitrit adalah menstabilkan warna merah daging, membentuk flavor yang khas, menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan beracun, serta memperlambat terjadinya ketengikan. Jumlah nitrit yang diizinkan tersisa pada produk akhir adalah 50 ppm (mg/kg).
Bahan tambahan ketiga yaitu alkali fosfat. Penambahan senyawa alkali fosfat pada daging akan meningkatkan daya ikat air dan protein daging serta mengurangi pengerutan kornet yang dihasilkan. Alkali fosfat akan meningkatkan pH dan menyebabkan terbukanya ikatan-ikatan antar gugus protein daging yang akan memudahkan pengikatan air. Bersama-sama dengan asam askorbat, senyawa fosfat dapat menghambat proses ketengikan oksidatif, dan bisa memperbaiki tekstur  (Furia, 1981).          
Selanjutnya yaitu air. Air yang ditambahkan ke dalam massa daging berfungsi untuk membantu melarutkan garam-garam yang ada, sehingga dapat tersebar dan terserap dengan baik dalam massa produk. Selain itu, air juga dapat memperbaiki sifat fluiditas emulsi dan meningkatkan tekstur (kekenyalan) produk akhir. Air yang ditambahkan dalam massa daging berfungsi untuk membentuk, melarutkan garam-garam yang ada sehingga dapat tersebar dan terserap dengan baik dalam massa produk. Disamping itu, air juga dapat memperbaiki sifat fluidisitas emulsi atau pencampuran daging, serta mempengaruhi tekstur dalam arti meningkatkan kekenyalan produk akhir (Pearson dan Tauber, 1984).
Tidak kalah pentingnya, bahan tambahan dalam pembuatan corned beef adalah bahan pengisi dan penambahan lemak. Menurut Forrest et. al.(1975), penambahan bahan pengisi dan pengikat pada produk daging adalah meningkatkan stabilitas, daya ikat air, flavor dan karakteristik irisan produk, serta mengurangi pengerutan selama pemasakan dan mengurangi biaya formulasi. Bahan pengisi yang dapat ditambahkan adalah tepung tapioka, terigu, atau susu skim. Penambahan bahan pengisi pada produk daging harus tidak melebihi 3,5 persen dari produk. Penambahan lemak pada pembuatan daging kornet berfungsi untuk membentuk produk yang kompak dan empuk, serta memperbaiki rasa dan aroma. Bertambahnya kadar air dan lemak di dalam kornet akan menambah juiciness dan keempukannya. (Saffle, 1968).
Gula dan bumbu juga merupakan bahan tambahan untuk pembuatan daging kornet. Fungsi utama gula dalam pembuatan kornet adalah untuk memodifikasi rasa, menurunkan kadar air, dan sebagai pengawet. Bumbu merupakan bahan aromatik yang diperoleh dari tumbuhan atau diproduksi secara sintetis. Bumbu memberikan cita rasa enak yang diinginkan dalam kornet. Fungsi utama gula dalam kuring adalah untuk memodifikasi rasa dan menurunkan kadar air yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Urbain yang dikutip Soeparno (1992), menyatakan bahwa konsentrasi gula yang tinggi dalam kuring dapat berfungsi pula sebagai bahan pengawet. Gula juga merupakan sumber energi bagi mikroorganisme yang mereduksi senyawa nitrat menjadi nitrit. Gambar-gambar bahan baku diatas dapat dilihat pada lampiran 1.

2.     Proses Konversi
Corned beef merupakan produk yang unik. Pada awalnya corned beef merupakan hasil ekstraksi  daging sapi, dimana daging sapi dimasak untuk memperoleh larutan yang berwarna cokelat dan mempunyai citarasa yang khas. Residu pemasakan diiris-diiris, diberi garam dan nitrat, dicampur, dan dimasukkan ke dalam kaleng untuk dilakukan proses sterilisasi. Proses pembuatan corned beef dapat meliputi tahapan-tahapan berikut, yakni pemilihan daging, pembersihan, dan penggilingan daging (gilingan kasar), pembuatan massa daging dan campurannya, pemasakan, dan pengemasan. Berikut diagram alir proses pembuatan corned beef :
(www.ub.ac.id)
Pada proses pembuatan corned beef terdapat proses emulsi. Menurut Kramlich (1971) emulsi adalah campuran dari dua cairan atau lebih yang tidak saling melarutkan. Salah satu cairan terdispersi dalam bentuk globula-globula atau butir-butir kecil dalam cairan lainnya. Cairan yang membentuk butir-butir kecil disebut fase diskontinyu. Untuk membentuk sistem emulsi maka dibutuhkan adanya bahan emulsi. Emulsi massa daging memiliki karakeristik yang sama dengan emulsi lemak dalam protein, yaitu lemak sebagai fase diskontinyu dan protein sebagai fase kontinyu. Sebagai bahan pengemulsinya adalah bahan myosin, protein daging yang terlarut dalam larutan garam NaCl.
Bahan pengemulsi yang terdapat dalam daging adalah protein yang larut dalam larutan encer garam kuat, terutama myosin (Kramlich,1971). Protein ini larut dalam larutan encer NaCl atau suatu garam dari asam kuat dan basa kuat. Disamping itu, protein ini juga penting untuk pembentukan emulsi daging dan mempertinggi ikatan  antar partikel. Dengan penambahan garam dapur (NaCl), myosin akan terekstrak dari daging. Hal tersebut dapat dipercepat dengan cara memecah serabut daging pada tahap pencincangan (Gillespie, 1960).
Pada proses emulsifikasi dalam pembuatan emulsi daging, butiran lemak akan terdispersi dalam matriks protein. Setelah itu, protein akan membentuk lapisan film tipis yang mengelilingi tiap-tiap butiran lemak. Selama pembuatan dan pencampuran massa daging, protein terlarut membentuk matriks yang menyelubungi butiran lemak dan membentuk suatu emulsi lemak dalam larutan protein yang stabil (Kramlich et al., 1973).
Dengan adanya pemanasan pada pemasakan, butiran lemak akan terperangkap di dalam matriks protein yang telah membentuk suatu kantong kecil di sekeliling butiran lemak. Hal ini merupakan mekanisme penting dalam pembuatan struktur produk emulsi daging. Pada pembuatan corned beef terdapat peristiwa penting lainnya yaitu proses pengikatan antar partikel hancuran daging dalam matrik dan pengikatan air dalam kompleks protein daging
Selain itu juga terdapat proses nitrifikasi yakni dengan adanya penambahan nitrat atau nitrit. Fungsi nitrit dalam proses pembuatan corned beef ( kuring ) adalah menstabilkan warna, membentuk flavor karakteristik, menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan beracun serta memperlambat terjadinya ketengikan (Pearson dan Tauber, 1984). Nitrat dan nitirit ini dipakai secra bersama-sama dalam proses kuring. Jumlah nitrit yang diizinkan tersisa dari produk akhir adalah 200 ppm (Winarno, 1984).
Reaksi yang terjadi dalam proses kuring adalah senyawa yang bereaksi dengan pigmen daging mioglobin untuk membentuk nitroso mioglobin yang berwarna merah cerah. Menurut Forrest et al., (1975), beberapa tahap reaksi pembentukan warna merah muda yang stabil pada daging proses adalah:

NO2                                               NO + H2O
NO + MbN                                OMMb
                           Reduksi

NOMMb                                          NOMb (merah cerah)
NOMb + panas                              NO-hemoktromogen (warna pink yang stabil)

Warna daging dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu warna daging segar dan warna daging kuring (akibat penambahan nitrit). Secara umum proses kuring terjadi karena reaksi biologis yang dapat mereduksi nitrat rmenjadi nitrit dan NO yang mampu mereduksi ferri menjadi ferro dan terjadinya denaturasi globin oleh panas. Hasil akhir kuring, daging membentuk pigmen nitrosil hemokromogen bila telah dimasak, dimana pigmen jenis ini lebih stabil dibandingkan dengan pigmen pertama (Clydesdale dan Francis, 1976).


Denaturasi metmioglobin
(coklat)
Fe 3+
Nitrosil hemekromogen
(pink)
Fe 2+
metmioglobin
(coklat)
Fe 3+
NO mioglobin
(merah)
Fe 2+
oksimioglobin
(merah cerah)
Fe 2+
Mioglobin
(merah ungu)
Fe 2+
                                                                oksigenasi                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                             deoksigenasi                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                    oksidasi                                reduksi  +                 oksidasi
                     NO                              reduksi                                          oksigenasi
                                                               
                                                                Oksidasi
                                                                NO+reduksi

                     
                     Denaturasi                                                                             denaturasi
                      Protein (panas)                                                                 protein (panas)  
                                                               
       oksidasi
                                                                    NO+reduksi                                                                                      


Perubahan kimia yang terjadi pada daging kuring (Forrest et al., 1975)

3.    Produk dan Aplikasi
Komposisi zat gizi kornet cukup baik terutama proteinnya. Kornet mempunyai kadar protein sebesar 16 persen, lemak 25 persen, dan karbohidrat nol persen. Disamping itu juga mengandung kalsium 10 mg, fosfor 170 mg, Fe 3 mg, dan vitamin B1 0,01 mg untuk setiap 100 gram bahan. (Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 1979). Produk olahan lanjutan dari produk corned beef ini adalah sebagai bahan pengisi maupun bahan pelengkap pada produk makanan lainnya. Daging kornet dapat dihidangkan sebagai campuran perkedel, telur dadar, mi rebus, pengisi roti, serta makanan lainnya.

















III.             PENUTUP

A.    Kesimpulan
Corned beef merupakan hasil olahan dari daging segar yang digunakan untuk memperpanjang masa simpan dari daging tersebut. Banyak proses yang dilakukan untuk mendapatkan produk corned beef, diantaranya emulsifikasi yaitu dari komponen daging itu sendiri berupa myiosin dan serat ini dapat dipecah dengan garam kuat berupa NaOH serta dapat dipercepat dengan perlakuan pencincangan. Setelah emulsifikasi dari myiosin pecah maka akan terjadi proses pengikatan antar partikel hancuran daging dalam matrik dan pengikatan air dalam kompleks protein daging.
Proses terakhir yang dilakukan adalah proses nitrifikasi yang bertujuan untuk menstabilkan warna, membentuk flavor, menghambat pertumbuhan bakteri dan memperlambat terjadinya ketengikan pada daging. Banyak aplikasi penggunaan yang dapat diperoleh dengan pengolahan daging menjadi corned beef misalnya memperpanjang masa simpan, memperbanyak aneka olahan daging, dan memberi nilai tambah daging daripada jika dijual dalam keadaan mentah.
Garam dapur (NaCl) merupakan bahan penolong dalam proses pembentukan emulsi daging kornet. Garam mampu memperbaiki sifat-sifat fungsional produk daging dengan cara mengekstrak protein miofibriler dari serabut daging selama proses penggilingan dan pelunakan daging. Garam berinteraksi dengan protein daging selama pemanasan, sehingga protein membentuk massa yang kuat, dapat menahan air, dan membentuk tekstur yang baik.
Dengan adanya Corned beef ini diharapkan mampu memenuhi gizi masyarakat yang dapat dikonsumsi secara praktis dah higienis. Zaman sekarang banyak makanan yang mengandung gizi tinggi tetapi kurang memperhatikan kebersihan makanan sehingga makanan tersebut terinfeksi oleh bakteri dan jamur yang menyebabkan makanan tersebut bukan menyahatkan dan menambah gizi masyarakat melainkan menyebakan penyakit bagi yang mengkonsumsinya.
Perlu disadari bahwa banyak manfaat dari mengkonsumsi makanan yang kaya akan protein ini yang biasanya makanan ini hanya mampu bertahan beberapa hari pada suhu ruang, sekarang dengan metode yang dilakukan terhadap makanan Corned beef dengan pengemasan yang telah teruji dan pengolahan pengawetan yang dilakukan secara higienis dan sesuai dengan SNI yang ada, para konsumen dapat mengkonsumsi makanan ini sesuai dengan masa sebelum expirednya makanan ini
Bahan utama yang digunakan untuk pembuatan Corned beef adalah daging sapi yang kaya akan kandungan proteinnya namun perlu disadari bahwa makanan ini mudah terserang bakteri E.coli dan Salmonella, apalagi saat pemotongan daging sapi ini tidak dilakukan secara higienis ini dapat menimbulkan tumbuhnya bakteri pada daging. Dan satu hal lagi yang perlu diwaspadai adalah pengemasannya yang menggunakan kaleng, kaleng merupakan jenis  logam yang dapat migrasi terhadap makan jika kaleng rusak atau sudah habis masa pakainya, sehingga hal ini perlu diketahui konsumen agar konsumen tau samapi kapan makanan tersebut dapat dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit. Pada umumnya, produk makanan yang dikemas dalam kaleng akan kehilangan cita rasa segarnya dan mengalami penurunan nilai gizi akibat pengolahan dengan suhu tinggi. Satu hal lagi yang cukup mengganggu timbulnya rasa taint kaleng atau rasa seperti besi yang timbul akibat coating kaleng tidak sempurna. Bahaya utama pada makanan kaleng adalah tumbuhnya bakteri Clostridium botulinum yang dapat menyebabkan keracunan botulinin. Tanda tanda keracunan botulinin antara lain tenggorokan menjadi kaku, mata berkunang – kunang dan kejang – kejang yang membawa kematian karena sukar bernapas.  Biasanya bakteri ini tumbuh pada makanan kaleng yang tidak sempurna pengolahannya atau pada kaleng yang bocor sehingga makanan didalamnya terkontaminasi udara dari luar. Untungnya racun bortulinin ini peka terhadap pemanasan.
Namun tidak perlu khawatir akan bahaya ini karena dalam pengemasan ini telah dicantumkan tanggal kelayakan untuk dikonsumsi sehingga para konsumen tau layak atau tidaknya Corned beef tersebut digunakan. Kelebihan dari pengemasan dengan menggunakan kaleng adalah kaleng mempunyai sifat yang baik sebagai pengemas karena mampu menahan gas, uap air, jasad renik, debu, dan kotoran. Kaleng juga memiliki kekuatan mekanik yang tinggi, tahan terhadap perubahan suhu yang ekstrem, dan toksisitasnya relative rendah.
Kornet kalengan dapat disimpan pada suhu kamar dengan masa simpan sekitar 2 tahun. Suhu yang terlalu tinggi dapat meningkatkan kerusakan citarasa, warna, tekstur, dan vitamin, akibat terjadinya reaksi-reaksi kimia. Secara umum, ciri-ciri kornet yang tidak layak dimakan adalah: cita-rasa asam; bau tidak sedap; kaleng gembung, penyok, bocor atau berkarat; produk lunak dan berwarna gelap. 






























DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Daging Kornet-Teknologi Pengolahan Hewani.[terhubung berkala] www.ub.ac.id (13 Oktober 2012)
Clydesdale, F.M. dan F.J. Francis.1976. Pigment. Di dalam J. F. Price dan B.S. Schweigert (eds.). The Sciance of Meat and Meat Product, p.485. , San Fransisco : W.H. Freeman and Company.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta : Bharata Karya Aksara.
Forrest,  J.C., E.D. Aberle, H.B. Hedrick, M.D. Judge, dan R.A. Merkel. 1975.      Principle of Meat Science. San Fransisco : W.H. Freeman and Company.
Furia, T.E. 1981. Handbook of Food Additives. Boca Raton, Florida : CRC Press Inc.
Gillespie, E.L.1960. The Science of Meat and Meat Products. , San Fransisco, London :  W .H. Freeman and Company.
Hadiwiyoto, S. 1983. Hasil-hasil Olahan Susu, Ikan Daging dan Telur.Yogjakarta : Liberty
Kramlich, W.E.1971. Sausage Product. Di dalam J. F. Price dan B.S. Schweigert (eds.). The Sciance of Meat and Meat Product, p.485. , San Fransisco : W.H. Freeman and Company.
Kramlich, W.E., A.M. Pearson dan F.W. Tauber. 1973. Processed Meats. Weastport, Connecticut : The AVI Publishing Co., Inc.
Pearson, A.M. dan F.W. Tauber. 1984. Processed Meats. AVI Publising Company, Inc, Weastport, Connecticut.
Saffle, R.L. 1968. Meat Emulsions. Advance Food Research. 16:105.
Winarno, F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : P.T. Gramedia.










LAMPIRAN 1

No
Nama Bahan Baku dan Tambahan
Gambar
1
Daging sapi segar
2
Garam dapur
3
Garam nitrit
4
Tepung terigu
5
Lemak
6
Gula dan bumbu-bumbu